Wahai
saudaraku yang terhormat, sesungguhnya sesuatu yang telah menjadi kesepakatan
kaum muslimin bahwa As Sunnah adalah sumber hukum yang kedua dan terakhir dalam
syariat Islam di dalam seluruh sendi kehidupan, baik dalam masalah-masalah yang
ghaib, hokum-hukum amaliyah, politik, atau pendidikan. Tidak boleh bagi
seseorang untuk menentangnya dengan menggunakan rasio, qiyas, atau ijtihad
seperti halnya yang dikatakan oleh Imam Asy Syafi’i rahimahullah di dalam
kitabnya (Ar Risalah), “Tidak dibolehkan menggunakan qiyas jika terdapat khabar
(hadits) dalam suatu masalah.” Juga disebutkan oleh ulama-ulama mutakhirin
dalam suatu kaidah ushul, “Apabila terdapat atsa dalam suatu masalah, maka
batallah qiyas,” sebagaimana disebutkan pula, “Tidak ada ijtihad terhadap
masalah yang telah ada nash (dalil) padanya,” Seluruhkaidah-kaidah yang telah
disebutkan semata-mata bersumber dari Al Quran maupun As Sunnah Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam.
Dalil-dalil
Dari Al Quran Memerintahkan Untuk Menjadikan Sunnah Sebagai Landasan Hukum
Adapun
dalil-dalil dari Al Quran yang memuat masalah ini sangat banyak jumlahnya,
tetapi saya sebutkan sebagiannya saja sebagai hal yang perlu diperhatikan oleh
saudaraku sesame muslim, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya
peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. AdzDzariyat (51)
:55)
1. Allah Subahanhu Wa ta’ala
berfirman :
وما
كان لمؤمن ولا مؤمنة إذا قضى الله ورسوله أمرا أن يكون لهم الخيرة من أمرهم ومن
يعص الله ورسوله فقد ضل ضلالا مبينا
“dan
hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah
zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.”(Al Ahzaab :36)
2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
يا
أيها الذين آمنوا لا تقدموا بين يدي الله ورسوله واتقوا الله إن الله سميع عليم
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”. (Al Hujurat : 1 )
3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman :
قل
أطيعوا الله والرسول فإن تولوا فإن الله لا يحب الكافرين
“Katakanlah:
‘Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang kafir’.”(Ali Imran : 32 )
4. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman :
“…Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. Barangsiapa yang
menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta’ati Allah. Dan barangsiapa
yang berpaling (dari keta’atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka.” (An Nisaa : 79-80 )
5. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman :
يا
أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء
فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليو
م
الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا
“Hai
orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An Nisaa’ : 59 )
6. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
وأطيعوا الله ورسوله ولا تنازعوا
فتفشلوا وتذهب ريحكم واصبروا إن الله مع الصابرين
“Dan ta’atlah kepada Allah dan
Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (Al Anfaal : 46 )
7. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala
:
وأطيعوا
الله وأطيعوا الرسول واحذروا فإن توليتم فاعلموا أنما على رسولنا البلاغ المبين
“Dan
ta’atlah kamu kepada Allah dan ta’atlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan
berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (Al
Maa’idah : 92 )
8. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala
:
لا
تجعلوا دعاء الرسول بينكم كدعاء بعضكم بعضا قد يعلم الله الذين يتسللون منكم لواذا
فليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم
“Janganlah
kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu
kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang
yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada
kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan
ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (An Nuur : 63 )
9. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman :
يا
أيها الذين آمنوا استجيبوا لله وللرسول إذا دعاكم لما يحييكم واعلموا أن الله يحول
بين المرء وقلبه وأنه إليه تحشرون
“Hai
orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu , ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya
kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (Al Anfaal : 24 )
10. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman :
“Barangsiapa taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang
besar.” (An Nisaa’ : 13 )
11. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman :
“Apakah
kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada
apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ?
Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah
mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan)
penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka : “Marilah kamu
(tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”,
niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya
dari (mendekati) kamu.” (An Nisaa’ : 60-61 )
12. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berfirman :
“Sesungguhnya jawaban oran-orang
mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum
(mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”.
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada
Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka
adalah orang- orang yang mendapat kemenangan.” (An Nuur : 51-52 )
bersambung
Insya Allah …
Amalan Yang Tertolak
عن عائشة رضي الله عنها
قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد.
“Dari Aisyah Radhiyallahu
Anha, ia berkata: “Rasululah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ‘Siapa saja
yang mengada-ada tentang sesuatu dalam urusan (agama) kami, yang tidak kami
perintahkan, maka hal itu ditolak’.” (Diriwayatkan
Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Hadits Aisyah Radhiyallahu Anha
ini hanya separuh ilmu karena amal perbuatan, bias bersifat lahir dan bias
bersifat batin. Amal perbuatan batin ukurannyaadalah hadits Umar bin Khaththab
Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “
Susungguhnya amal perbuatan itu tergantung kepada niatnya dan setiap orang
tergantung kepada niatnya.” Sedangkan ukuran amal perbuatan lahir, ukurannya
adalah hadits Aisyah ini, “Siapa saja yang mengada-ada tentang sesuatu dalam
urusan (agama) kami, yang tidak kami perintahkan, maka hal itu ditolak.” Atau
ditolak dari sisi pelakunya dan tidak diterima.
Sabda Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam, “amrina” maksudnya adalah agama dan syariat kita. Allah
Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan demikianlah Kami
wahyukan kepadamu wahyu (al Quran) dengan perintah kami…”(Asy Syura:52)
Kata “amruna” dalam ayat ini
berate juga syariat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Barangsiapa yang membuat di
dalamnya sesuatu yang bukan merupakan bagian darinya, maka dengan
sendirinya dia tertolak. Dalam hal ini terdapat dalil yang jelas bahwa
ibadah jika tidak termasuk agama Allah, maka ibadah itu tertolak. Dari sini
kita dapat mengambil faidah bahwa pengetahuan tentang ibadah itu hukumnya wajib
karena ibadah mencakup syarat dan rukun, atau perkiraan terkuat jika tidak
memiliki pengetahuan, seperti yang terjadi pada banyak hal. Misalnya kamu ragu
berapa jumlah rakaat yang telah kamu lakukan dan menurut perkiraanmu kamu
berada pada rakaat tertentu, maka tetapkanlah perkiraan itu. Begitu juga
thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran. Jika menurut perkiraanmu kamu
telah sampai pada jumlah tertentu, maka tetapkanlah perkiraanmu itu. Demikian
juga dalam bersuci, jika kamu mengira bahwa kamu telah menyempurnakan wudhu, ya
sudah!
Yang jelas dalam ibadah harus
ada pengetahuan atau perkiraan yang kuat jika nash-nash menunjukkan
kecukupannya. Jika tidak maka ibadah itu tertolak. Jika ibadah itu tertolak,
maka diharamkan bagi manusia beribadah dengannya. Jika dia beribadah kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan ibadahyang tidak diridhai-Nya dan tidak
disyariatkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, sama saja tindakan itu dengan mengejek
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Na’udzu billah!
Bahkan sebagian ulama
berkata,”Jika seseorang mengerjakan shalat baru yang diciptakannya sendiri
secara sengaja, maka dia telah keluar dari Islam karena dia telah menghina
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Lain halnya dengan orang yang lupa, maka tidak ada
dosa baginya.”
Kalimat kedua dari hadits itu
adalah:
من عمل عملا ليس عليه أمرنا
فهو رد
“Barangsiapa yang
mengerjakan suatu amal yang tidak Kami syariatkan maka dia dengan sendirinya
tertolak.”
Hadits ini lebih tegas daripada
yang pertama karena dalam hadits ini mengharuskan pengetahuan, yaitu segala
amal ang kita kerjakan harus berdasarkan perintah Allah dan Rasul-Nya. Jika
tidak, maka amalan itu tertolak. Hal ini mencakup masalah ibadah dan mu’amalah.
Oleh karena itu, jika orang menjual barang yang rusak atau menggadaikan suatu
barang yang rusak atau mewakafkan sesuatu yang rusak, semuanya tidak sah dan
ditolak serta tidak boleh dilaksanakan.
Syaikh Muhammad Al Utsaimin,
Syarh Riyadhus Shalihin, penerbit Darul Falah, Cetakan pertama, hal.803-804
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.