0



Wahai saudaraku yang terhormat, sesungguhnya sesuatu yang telah menjadi kesepakatan kaum muslimin bahwa As Sunnah adalah sumber hukum yang kedua dan terakhir dalam syariat Islam di dalam seluruh sendi kehidupan, baik dalam masalah-masalah yang ghaib, hokum-hukum amaliyah, politik, atau pendidikan. Tidak boleh bagi seseorang untuk menentangnya dengan menggunakan rasio, qiyas, atau ijtihad seperti halnya yang dikatakan oleh Imam Asy Syafi’i rahimahullah di dalam kitabnya (Ar Risalah), “Tidak dibolehkan menggunakan qiyas jika terdapat khabar (hadits) dalam suatu masalah.” Juga disebutkan oleh ulama-ulama mutakhirin dalam suatu kaidah ushul, “Apabila terdapat atsa dalam suatu masalah, maka batallah qiyas,” sebagaimana disebutkan pula, “Tidak ada ijtihad terhadap masalah yang telah ada nash (dalil) padanya,” Seluruhkaidah-kaidah yang telah disebutkan semata-mata bersumber dari Al Quran maupun As Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Dalil-dalil Dari Al Quran Memerintahkan Untuk Menjadikan Sunnah Sebagai Landasan Hukum
Adapun dalil-dalil dari Al Quran yang memuat masalah ini sangat banyak jumlahnya, tetapi saya sebutkan sebagiannya saja sebagai hal yang perlu diperhatikan oleh saudaraku sesame muslim, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. AdzDzariyat (51) :55)
1. Allah Subahanhu Wa ta’ala berfirman :
وما كان لمؤمن ولا مؤمنة إذا قضى الله ورسوله أمرا أن يكون لهم الخيرة من أمرهم ومن يعص الله ورسوله فقد ضل ضلالا مبينا
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”(Al Ahzaab :36)
2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
يا أيها الذين آمنوا لا تقدموا بين يدي الله ورسوله واتقوا الله إن الله سميع عليم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Al Hujurat : 1 )

3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
قل أطيعوا الله والرسول فإن تولوا فإن الله لا يحب الكافرين
“Katakanlah: ‘Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir’.”(Ali Imran : 32 )
4. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“…Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta’ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta’atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (An Nisaa : 79-80 )
5. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله والرسول إن كنتم تؤمنون بالله واليو
م الآخر ذلك خير وأحسن تأويلا
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An Nisaa’ : 59 )
6. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
وأطيعوا الله ورسوله ولا تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريحكم واصبروا إن الله مع الصابرين
“Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al Anfaal : 46 )
7. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
وأطيعوا الله وأطيعوا الرسول واحذروا فإن توليتم فاعلموا أنما على رسولنا البلاغ المبين
“Dan ta’atlah kamu kepada Allah dan ta’atlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (Al Maa’idah : 92 )
8. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
لا تجعلوا دعاء الرسول بينكم كدعاء بعضكم بعضا قد يعلم الله الذين يتسللون منكم لواذا فليحذر الذين يخالفون عن أمره أن تصيبهم فتنة أو يصيبهم عذاب أليم
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (An Nuur : 63 )
9. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
يا أيها الذين آمنوا استجيبوا لله وللرسول إذا دعاكم لما يحييكم واعلموا أن الله يحول بين المرء وقلبه وأنه إليه تحشرون
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu , ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” (Al Anfaal : 24 )
10. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (An Nisaa’ : 13 )

11. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka : “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (An Nisaa’ : 60-61 )
12. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya jawaban oran-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan.” (An Nuur : 51-52 )
bersambung Insya Allah

Amalan Yang Tertolak

عن عائشة رضي الله عنها قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد.
“Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata: “Rasululah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ‘Siapa saja yang mengada-ada tentang sesuatu dalam urusan (agama) kami, yang tidak kami perintahkan, maka hal itu ditolak’.” (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim)
Penjelasan:
Hadits Aisyah Radhiyallahu Anha ini hanya separuh ilmu karena amal perbuatan, bias bersifat lahir dan bias bersifat batin. Amal perbuatan batin ukurannyaadalah hadits Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “ Susungguhnya amal perbuatan itu tergantung kepada niatnya dan setiap orang tergantung kepada niatnya.” Sedangkan ukuran amal perbuatan lahir, ukurannya adalah hadits Aisyah ini, “Siapa saja yang mengada-ada tentang sesuatu dalam urusan (agama) kami, yang tidak kami perintahkan, maka hal itu ditolak.” Atau ditolak dari sisi pelakunya dan tidak diterima.
Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “amrina” maksudnya adalah agama dan syariat kita. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (al Quran) dengan perintah kami…”(Asy Syura:52)
Kata “amruna” dalam ayat ini berate juga syariat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Barangsiapa yang membuat di dalamnya   sesuatu yang bukan merupakan bagian darinya, maka dengan sendirinya dia tertolak.  Dalam hal ini terdapat dalil yang jelas bahwa ibadah jika tidak termasuk agama Allah, maka ibadah itu tertolak. Dari sini kita dapat mengambil faidah bahwa pengetahuan tentang ibadah itu hukumnya wajib karena ibadah mencakup syarat dan rukun, atau perkiraan terkuat jika tidak memiliki pengetahuan, seperti yang terjadi pada banyak hal. Misalnya kamu ragu berapa jumlah rakaat yang telah kamu lakukan dan menurut perkiraanmu kamu berada pada rakaat tertentu, maka tetapkanlah perkiraan  itu. Begitu juga thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran. Jika menurut perkiraanmu kamu telah sampai pada jumlah tertentu, maka tetapkanlah perkiraanmu itu. Demikian juga dalam bersuci, jika kamu mengira bahwa kamu telah menyempurnakan wudhu, ya sudah!
Yang jelas dalam ibadah harus ada pengetahuan atau perkiraan yang kuat jika nash-nash menunjukkan kecukupannya. Jika tidak maka ibadah itu tertolak. Jika ibadah itu tertolak, maka diharamkan bagi manusia beribadah dengannya. Jika dia beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan ibadahyang tidak diridhai-Nya dan tidak disyariatkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, sama saja tindakan itu dengan mengejek Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Na’udzu billah!
Bahkan sebagian ulama berkata,”Jika seseorang mengerjakan shalat baru yang diciptakannya sendiri secara sengaja, maka dia telah keluar dari Islam karena dia telah menghina Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Lain halnya dengan orang yang lupa, maka tidak ada dosa baginya.”
Kalimat kedua dari hadits itu adalah:
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak Kami syariatkan maka dia dengan sendirinya tertolak.”
Hadits ini lebih tegas daripada yang pertama karena dalam hadits ini mengharuskan pengetahuan, yaitu segala amal ang kita kerjakan harus berdasarkan perintah Allah dan Rasul-Nya. Jika tidak, maka amalan itu tertolak. Hal ini mencakup masalah ibadah dan mu’amalah. Oleh karena itu, jika orang menjual barang yang rusak atau menggadaikan suatu barang yang rusak atau mewakafkan sesuatu yang rusak, semuanya tidak sah dan ditolak serta tidak boleh dilaksanakan.
Syaikh Muhammad Al Utsaimin, Syarh Riyadhus Shalihin, penerbit Darul Falah, Cetakan pertama, hal.803-804

Posting Komentar

 
Top

Like this blog? Keep us running by whitelisting this blog in your ad blocker.

This is how to whitelisting this blog in your ad blocker.

Thank you!

×