0



Pendek. Jelek. Hitam. Tidak berharta. Julaibib namanya. Namun dia adalah seorang sahabat Rasulullah yang mulia. Sangat malu dan minder ketika tiba-tiba Rasulullah menawarinya untuk menikah. Karena tahu diri. Namun Rasulullah menenangkannya.
Hingga suatu ketika, bertemulah Rasulullah dengan salah seorang sahabatnya.

Aku ingin meminang puterimu.” kata Rasulullah.

Sahabat itu sangat bahagia. Siapa yang tidak bahagia ketika puterinya menjadi

istri  Nabi.  Baiklah  wahai  Rasulullah,  ini  merupakan  sebuah  penghormatan  bagi kami. jawab sahabat itu dengan sangat riang.
Bukan untukku. Tapi untuk Julaibib.” kata Nabi.

Julaibib??? Julaibib??? katanya dengan kaget. Wajahnya berubah. Tidak lagi ceria seperti sebelumnya. Namun aku harus ber- musyawarah dulu dengan ibunya.” Lanjutnya.
Julaibib??? Julaibib??? kata sang istri terkejut saat mendengar berita dari suaminya. Terbayang dengan jelas dalam benak wanita itu sosok lelaki yang pendek. Jelek. Hitam. Dan tidak berharta. Dia yang akan menjadi menantunya nanti. Apa kata orang-orang, pikirnya.
Putrinya yang menyimak percakapan kedua orang tuanya dari

bilik kamar segera keluar. Ayah, ibu, bagaimana mungkin engkau menolak pilihan Rasulullah? Bukankah Allah berfirman, Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang uru- san mereka? jelas gadis itu. Ayah, ibu, aku akan menikah dengan laki-laki pilihan Nabi?” lanjutnya tegas.
Merekapun menikah. Hingga suatu pagi, datang seruan untuk berjihad. Mela- wan kaum musyrikin di medan Uhud. Julaibib mendengar seruan itu. Iapun me- menuhi panggila[n Rasulullah saw. untuk pergi berjihad.

Selesai perang Uhud, Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya. Kalian kehi- langan siapa hari ini?” tanya Rasulullah. Ada sahabat yang menjawab, Kami kehilan- gan Hamzah! Ada yang berkata, Kami kehilangan Mush’ab! Yang lain berkata, Kami kehilangan Yaman!” Ada pula yang mengatakan, Kami kehilangan Amr bin Jamuh!”



Namun, aku kehilangan Julaibib! Carilah Julaibib sekarang!” kata Rasulullah. Para sahabat mencari Julaibib. Hingga akhirnya Julaibib ditemukan meninggal dunia dian- tara tujuh orang musyrikin. Para sahabat mengabarkan kepada Rasulullah, bahwa Julaibib meninggal diantara tujuh orang musyrikin. Dia membunuh tujuh orang musyrikin, kemudian dirinya terbunuh. Meninggal sebagai syuhada’.
“Dia adalah bagian dariku, dan aku bagian darinya! Dia adalah bagian dariku, dan aku bagian darinya! Dia adalah bagian dariku, dan aku bagian darinya!” kata Rasulullah menanggapi kabar kematian Julaibib.
Seberuntung Julaibib mendapatkan bidadari. Tak disangka, tak diduga, Rasulullah meminangkan untuknya seorang wanita yang cantik, kaya, dan berkelas. Asyiknya lagi ketika wanita itu menerima lamaran Rasulullah, tanpa berat hati. Padahal dia sangat tahu seperti apa lelaki calon pendamping hidupnya. Julaibib. Ya, hanya’ Julaibib.
Namun wanita itu sangat percaya, seperti apapun fisik Julaibib, dia adalah le- laki yang direkomendasikan Rasulullah. Pasti berkualitas. Pasti hebat. Pasti lelaki sejati. Keimanan yang luar biasa. Apapun yang dipilihkan oleh Allah dan Rasul-Nya, itu pasti yang terbaik.
Dan  ternyata  benar.  Boleh  tampang pas-pasan,  tapi  kualitas  berani  diadu.

Kualitas agama Julaibib tidak sesederhana penampilannya. Sangat luar biasa. Ter- baca dari dialognya bersama Rasulullah saw. saat ditawari untuk menikah. Julaibib berkata, Wahai Rasulullah, aku ini lelaki yang tidak laku.” Namun Rasulullah saw. segera menjawab, Tapi kamu di sisi Allah laku.
Keimanan dan loyalitas Julaibib kepada Islam setelah menikah kembali diuji. Kali ini sangat membingunkan. Diajak Rasulullah saw. pergi berjihad ke medan Uhud. Tak bisa dibayangkan tentunya, jejaka yang telah lama merindukan untuk menikah, akhirnya bisa menikah, namun datang seruan untuk berperang. Bingung, itu manu- siawi. Belumlah habis menikmati madu kebersamaan dengan sang istri, kini laga ji- had telah menanti.
Bersenang-senang dengan wanita yang telah lama didambakan? Atau ikut ber- perang bertaruh nyawa? Tarikan duniawi sangat kuat, namun ketika orientasi akhirat lebih kuat maka urusan agama tetap diunggulkan.



Disinilah istimewanya Julaibib. Meskipun telah menikah, namun urusan agama tetap diprioritaskan. Perintah Allah dan Rasulullah tetap nomor satu, tidak terganti- kan. Iapun membeli senjata, kuda dan pakaian perang, lalu ikut bersama pasukan Rasulullah ke padang Uhud. Tanpa berat hati. Dengan penuh keikhlasan. Dan yakin akan janji Allah kepada keluarga orang yang beriman.
Sesunggunya, nilai mahal manusia ada pada ketakwaannya. Allah berfirman:

“Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa diantara kalian.” (QS. al-Hujurat: 13)
Oleh sebab itu, agama harus menjadi barometer utama dalam memilih pasan- gan. Silahkan menetapkan kriteria yang banyak sekalipun, namun tetap jadikan kualitas agama sebagai kriteria yang diutamakan diatas yang lainnya. Jangan ter- pedaya dengan tampilan, karena itu bukan jaminan. Karena tampilan yang kita miliki adalah takdir, sedangkan kualitas agama adalah hasil dari proses setiap orang yang tidak semua mampu mendapatkannya.
Dari Abu Hurairah ra. berkata, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Boleh jadi, orang yang tidak menarik dan selalu ditolak (tidak laku), namun sekali berdoa maka Allah langsung perkenankan doanya.” (HR. Muslim, no. 2622, 4/2024).
Pantaslah jika kemudian Allah mengkaruniakan bidadari di dunia kepada Julaibib.
Sumber : di kutip dari buku "kemanakah kulabuhkan Hati ini" @Ustadz Budi Ashari
Publish : Buku-kajian.blogspot.com @Irfan Fauzi


Posting Komentar

 
Top

Like this blog? Keep us running by whitelisting this blog in your ad blocker.

This is how to whitelisting this blog in your ad blocker.

Thank you!

×