Semua orang menyadari, ketika manusia telah menginjak usia baligh,
maka dia mengemban tanggung jawab syariat. Di usia yang masih sangat
belia, Allah telah memberikan amanah besar bagi umat manusia.
Jika dulu kesalahan apapun yang dia lakukan sama sekali tidak dicatat
dan tidak diperhitungkan. Begitu masuk usia baligh, semua harus
dipertanggung jawabkan. Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ الصَّغِيرِ حَتَّى يَبْلُغَ
Pena catatan amal diangkat dari 3 orang, [1] diangkat dari anak kecil
hingga dia baligh. (HR. Ahmad 952, Nasai 3432, Turmudzi 1488, dan yang
lainnya).
Akan tetapi beda baligh dengan dewasa. Betapa banyak remaja yang
baligh, namun jauh dari karakter dewasa. Sifat kekanakan, manja, tidak
merasa bersalah masih sangat menonjol dalam dirinya. Sayangnya,
terkadang orang tua membiarkan anaknya bebas tanpa batas, tanpa nasehat,
tanpa arahan, kurang perhatian menyadaran anaknya tentang betapa
gentingnya usia baligh.
Satu kisah yang layak dijadikan contoh. Nasehat seorang ayah kepada
anaknya, calon ulama dunia, Sufyan bin Uyainah. Sufyan menceritakan,
قال لي أبي – وقد بلغت خمس عشرة سنة – إنه قد انقضت عنك شرائع الصبا، فاتبع
الخير تكن من أهله، فجعلت وصية أبي قبلة أميل إليها ولا أميل عنها
Ayahuku memberi nasehat kepadaku – ketika aku berusia 15 tahun –,
‘Usia anak-anak telah berakhir darimu, karena itu, ikutilah kebenaran
niscaya kamu akan menjadi pemilik kebenaran.’ Akupun selalu mengingat
wasiat ayahku. Selalu aku perhatikan dan tidak kulupakan. (Shaid
al-Khatir, hlm. 55)
Bisa jadi pesan yang dianggap sederhana oleh sang ayah, namun menjadi istimewa bagi sang anak.
Allahu a’lam
Sumber : Nasehat.net
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.